Rabu, 17 April 2013

Model Pembelajaran SAVI


Model pembelajaran SAVI adalah model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa. Unsur-unsur SAVI mudah diingat, yaitu sebagai berikut.
1)        Somatic            : Belajar dengan bergerak dan berbuat
2)        Auditory           : Belajar dengan berbicara dan mendengar
3)        Visualization    : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan
4)        Intelektually     : Belajar dengan memecahakan masalah dan merenung
Dibawah ini adalah beberapa contoh bagaimana membuat aktivitas sesuai dengan cara/ gaya belajar siswa.
Tabel 2.1
Aktivitas Siswa dalam Belajar

Gaya Belajar
Aktivitas
Somatic
Orang dapat bergerak ketika mereka
1.       Membuat model dalam suatu proses atau prosedur
2.       Menciptakan piktogram dan periferalnya
3.       Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep
4.       Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan merefleksikannya
5.        Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar dan lain-lain)
6.       Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar, dan bicarakan tentang apa yang dipelajari
Auditory
Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana auditori dalam belajar
1.       Ajaklah pembelajar membaca keras-keras dari buku panduan dan komputer
2.       Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran yang terkandung didalam buku pembelajaran yang dibaca mereka
3.       Mintalah pembelajar berpasang-pasangan menbincangkan secara terperinci apa yang mereka baru saja mereka pelajari dan bagaimana mereka akan menerapkanya
4.       Mintalah pembelajar mempraktikkan suatu ketrampilan atau memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang sedang mereka kerjakan
5.       Mintalah pembelajar berkelompok dan bicara non stop saat sedang menyusun pemecahan masalah atau membuat rencana jangka panjang
Visualization
Hal-hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih visual adalah
1.       Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi)
2.       Grafik presentasi yang hidup
3.       Benda 3 dimensi
4.       Bahasa tubuh yang dramatis
5.        Cerita yang hidup
6.       Kreasi piktrogram (oleh pembelajar)
7.       Pengamatan lapangan dekorasi berwarna-warni
8.       Ikon alat bantu kerja
Intellectualy
Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti:
1.     Memecahkan masalah
2.     Menganalisis pengalaman
3.     Mengerjakan perencanaan strategis
4.     Memilih gagasan kreatif
5.     Mencari dan menyaring informasi
6.     Merumuskan pertanyaan
7.     Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan
8.     Menciptakan makna pribadi
9.     Meramalkan inplikasi suatu gagasan



Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam suatu peristiwa pembelajaran. Siswa dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah (Intellectualy) jika mereka secara simultan menggerakan sesuatu (Somatic) untuk menghasilkan piktogram atau pajangan tiga dimensi (Visualization) sambil membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan (Auditory). Menggabungkan keempat modalitas belajar dalam satu peristiwa pembelajaran adalah inti dari Pembelajaran Multi Indriawi.
1.         Somatic
”Somatic” berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh – soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung).
2.         Auditori
Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada uyang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-maknan pribadi bagi diri mereka sendiri.
3.         Visual
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar.
4.         Intektual
Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah.

Model Pembelajaran AIR


Auditory Intellectually Repetition (AIR) merupakan model pembelajaran yang mirip dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) dan pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK), bedanya hanya pada repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.
Vera (Juliani, 2012: 8) berpendapat bahwa,
Model pembelajaran AIR diartikan sebagai model pembelajaran yang menekankan tiga aspek, yaitu auditory (belajar dengan mendengar), intellectualy (belajar dengan berfikir), dan repetition (pengulangan) agar belajar menjadi efektif.


1.      Auditory
Auditory berarti belajar dengan melibatkan pendengaran. Belajar auditori adalah belajar dengan berbicara dan mendengar. Belajar auditori merupakan cara belajar yang standar bagi semua orang sejak awal sejarah. pada pembelajaran ini siswa belajar dari suara, dialog, menceritakan kepada orang lain sebuah pengalaman, belajar dan berbicara dengan diri sendiri, mengingat bunyi dan irama, mendengarkan kaset dan dari mengulang apa yang dibaca dalam hati.
Ketika telinga menangkap dan menyimpan informasi, beberapa area penting di otak menjadi aktif. Guru dapat merancang pembelajaran matematika yang menarik saluran auditori dengan melakukan tindakan seperti mengajak siswa membicarakan materi apa yang sedang dipelajari, dan siswa diminta untuk mengungkapkan pendapat atas informasi yang telah didengarkan dari penjelasan guru.
Merancang pembelajaran yang menarik pada pembelajaran auditori carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka bicarakan, pelajari, baca keras-keras dan ajak berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, menguasai keterampilan dan lain-lain.
2.      Intellectualy
Intellectualy berarti menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman, menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Belajar intelektual adalah bagian untuk merenung, menciptakan, memecahkan masalah dan membangun makna. Aspek intelektual dalam belajar aka terlatih jika guru mengajak siswa terlibat dalam aktivitas seperti:
1.    memecahkan masalah;
2.    menganalisis masalah;
3.    mengerjakan perencanaan strategis;
4.    melahirkan gagasan kreatif;
5.    mencari dan menyaring informasi;
6.    merumuskan pertanyaan;
7.    menerapkan gagasan baru pada pekerjaan;
8.    meramalkan implikasi suatu gagasan.
Takari (Juliani, 2012: 4) mengartikan “Belajar dengan intelektual bukan berarti belajar tanpa emosi, rasionalistis, berhubungan dan akademis”. Berfikir pada hakikatnya adalah suatu rahmat dan karunia dari Allah.


Sarbana (Juliani, 2012: 4) berpendapat bahwa,
Berfikir adalah proses aktifnya otak melalui indra mata, telinga dan rasa akan diolah didalam otak melalui peristiwa listrik yang akan merangsang sekaligus mengaktifkan sel-sel otak. Selanjutnya masing-masing sel otak akan saling berinteraksi melalui sebuah media yang dinamakan neurotransmitter, semakin banyak hubungan yang terjadi maka fungsi otak akan semakin meningkat yang berarti makin cerdas.

3.      Repetition
Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. Bila guru menjelaskan suatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Karena ingatan siswa tidak selalu tetap dan mudah lupa, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan memberikan tanggapan yang jelas, dan tidak mudah dilupakan, sehingga dapat digunakan oleh siswa untuk memecahkan masalah. Ulangan dapat diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu, atau setelah tiap unit diberikan, maupun secara insidentil jika dianggap perlu (Slameto dalam Panjaitan, 2012: 11). Menurut Suherman (2003) menjelaskan bahwa, “Pengulangan yang akan memberikan dampak positif adalah pengulangan yang tidak membosankan dan disajikan dalam metode yang menarik”.
Menurut Herdian (Panjaitan, 2012: 11) mengemukakan bahwa, Ada beberapa jenis kegiatan yang dilakukan dalam Auditory Intellectually Repetion (AIR) pada matematika, yaitu sebagai berikut.
1)   Membentuk pembelajaran kelompok dan diskusi
Pada kegiatan ini siswa dapat saling menukar informasi yang didapatnya dan siswa dapat mengeluarkan ide mereka secara verbal atau guru mengajak siswa membicarakan tentang apa yang dipelajari, diantaranya menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara, mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, dan sebagainya sehingga mereka akan melahirkan gagasan yang kreatif.
2)   Memecahkan masalah
Pada kegiatan ini ada beberapa hal yang dilakukan siswa dalam mengerjakan perencanaan strategis untuk menyelesaikan soal, yaitu mencari dan menyaring informasi, merumuskan pertanyaan, membuat model dan menyelesaikan soal dengan menerapkan seluruh gagasan pada pekerjaan.
3)   Melakukan presentasi
Pada kegiatan ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaan yang telah mereka diskusikan tadi. Siswa diharapkan dapat memikirkan bagaimana cara mereka untuk menerapkan informasi dalam presentasi tersebut sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah. Kemudian siswa yang lain menanggapi hasil diskusi kelompok lain sehingga terjadi diskusi antar seluruh siswa dan guru akan membantu jika siswa mengalami kesulitan.
4)   Melakukan repetisi 
Pada kegiatan ini guru melakukan repetisi kepada seluruh siswa tetapi bukan secara berkelompok melainkan secara individu. Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun yang menjadi kelebihan dari model pembelajaran AIR adalah sebagai berikut.
a.    Melatih pendengaran dan keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapat (Auditory).
b.    Melatih siswa untuk memecahkan masalah secara kreatif (Intellectually).
c.    Melatih siswa untuk mengingat kembali tentang materi yang telah dipelajari (Repetition).
d.   Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif.
Sedangkan yang menjadi kelemahan dari model pembelajaran AIR adalah dalam model pembelajaran AIR terdapat tiga aspek yang harus diintegrasikan yakni Auditory, Intellectually, Repetition sehingga secara sekilas pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama. Tetapi, hal ini dapat diminimalisir dengan cara pembentukan kelompok pada aspek Auditory dan Intellectually.